“Anggaran Dinas Pengairan PUMBSDA Sidoarjo milyaran rupiah dan itu semua untuk proyek fisik, umumnya plengsengan dan pengerukan (normalisasi) disana tidak ada sedikit pun anggaran mereka untuk usaha penyelamatan terhadap penguasaan sempadan sungai oleh masyarakat” papar Ali Subhan.
Lebih lanjut di sebutkan oleh tokoh lingkungan jebolan Ponpes Tambak beras ini, bila pemerintah menangani secara serius pengelolaan sungai secara menyeluruh dan berkelanjutan.
Baca Juga:
Kenang Ryanto Ulil, Brigjen TNI Elphis Rudy: Saya yang Antar Dia Jadi Polisi, Kini Antar ke Peristirahatan Terakhir
menurut Ali Subhan, akan berdampak luar biasa pada penghentian pencegahan banjir, harmonisnya sistem kebutuhan air irigasi dan pemanfaat air yang berkualitas bebas kontaminasi oleh masyarakat dan perusahaan berbahan baku air, pelestarian tumbuhan dan habitat ikan-ikan yang ada di sungai, di mana saat ini habitatnya semakin berkurang akibat perilaku buruk pencemaran dan perusakan sungai oleh aktivitas manusia.
"Tengok saja ikan ikan kali yang dulu bervarias di Sidoarjo seperti bader, wader, tombro, lele dan kutuk kini sangat minim (punah), hanya ikan sakarmut (pembersih kaca) yang memenuhi kali," tandas Ali Subhan dengan nada berapi api.
Sebab apa ikan sakarmut ( Suckermouth) ini yang bisa bertahan pada situasi kali di Sidoarjo.
Baca Juga:
OTT di Bengkulu, KPK Amankan 8 Pejabat dan Sita Sejumlah Uang Tunai
Menurut Ali Subhan karena ikan pelahab segalanya ini bisa beradaptasi menjadi kebal terhadap kondisi air yang tercemar limbah.
Tentu saja ikan jenis ini sangat berbahaya bila dikonsumsi manusia pasalnya dalam dalam daging dan organ ikan sakarmut banyak mengandung unsur materi kimia limbah berbahaya seperti plastik, polister dan kandungan aneka logam berat yang menjadi racun ganas bila di kosumsi manusia.
Begitu juga sebab hilangnya aneka ragam tumbuhan atas tingginya pencemaran air di sungai sungai wilayah Kota Delta ini menurut pakar lingkungan ini bisa di tebak dengan cara sederhana.