Saat tengah malam menjelang Imlek, masyarakat Tionghoa Surabaya pada umumnya makan malam dan kumpul bersama keluarga. Lalu menggelar sembahyang pada leluhur dan dewa-dewi.
Di momen itu, masyarakat Tionghoa Surabaya menyalakan lampu, menggantungkan lampion atau lentera hingga membuka pintu dan jendela. Harapannya, mereka memiliki keberuntungan serta kelancaran dalam segala urusan sepanjang tahun.
Baca Juga:
Bupati Rohil Lepas Pawai Lampion Malam Cap Go Meh 2575/2024 di Klenteng Ing Hok King
Biasanya, tempat ibadah juga dipenuhi jemaat yang menyambut Imlek. Masyarakat Tionghoa juga akan membakar petasan di malam hari. Itu untuk mengusir roh jahat.
2. Hari Pertama
Baca Juga:
Tahun Baru Imlek Identik dengan Hujan, Ini Kata BMKG
Di hari pertama atau Tahun Baru Imlek, masyarakat Tionghoa Surabaya pada umumnya akan mengenakan busana yang telah dibeli sebelumnya. Orang yang lebih muda akan mencari yang lebih tua dalam keluarga, untuk mengucapkan Xin Nian Kuai Le atau Sin Ni Khoai Lok atau San Nin Faai Lok yang artinya Selamat Tahun Baru.
Lalu ada tradisi yang sudah turun temurun bagi masyarakat Tionghoa, di mana orang yang lebih tua akan memberikan angpau kepada orang yang lebih muda. Atau sebaliknya, orang yang lebih muda juga memberikan angpau kepada yang lebih tua sebagai ucapan terima kasih.
Di hari pertama ini, masyarakat Tionghoa di Surabaya akan berkunjung dan bersilahturahmi dengan keluarga inti atau keluarga dekat.