Menurut Kuncar, ketika Siola telah berdiri, muncul toserba lainnya di bagian selatan bernama Toko Kwan (Sekarang menjadi monumen pers). Toko yang kemudian berubah nama menjadi Toko Nam ini eksis tahun 1930an.
"Pada tahun 1950an juga muncul Toko Metro, yang sekarang menjadi Hotel Swiss Belinn," jelas Kuncar.
Baca Juga:
Safari Ramadhan Dindik Jatim Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Murid Prasejahtera
Sementara itu, hotel pertama di Jalan Tunjungan adalah Hotel Majapahit, yang dulunya bernama Hotel Oranye.
"Di situ semakin menjadi pusat bisnis karena ada pusat mobil dan motor impor. Bisa dibilang kawasan elit, ada hotel dan toserba," kata Kuncar.
Jalan Tunjungan sebagai Pusat Gaya Hidup Surabaya
Baca Juga:
Gubernur Khofifah Lantik Bupati dan Wakil Bupati Pamekasan Periode 2025–2030
Kuncar mengatakan bahwa Jalan Tunjungan dulu merupakan pusat gaya hidup atau lifestyle di Surabaya. Tepatnya sebelum Jalan Tunjungan 'mati' pada tahun 1990an.
"Tahun 90an mati karena gaya hidup berubah, masyarakat banyak memilih jalan-jalannya ke mal. Sebelum kenal mal, masyarakat dulu gaya hidupnya shopping-street dengan shopping arcade (berbelanja di pusat perbelanjaan) di Jalan Tunjungan," ujarnya.
Sekitar 4 tahun lalu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mulai menghidupkan kembali Jalan Tunjungan. Yakni dengan membongkar 'wajah' Jalan Tunjungan dan memperindahnya secara estetika.