Karena, apabila perilaku tersebut dibiarkan terjadi secara terus-menerus, maka akan berdampak terhadap kondisi kesehatan mental seseorang.
Jika ketidakwajaran itu tidak segera dihentikan, sambung dia, maka berisiko pada keadaan psikopatologinya (ketidakstabilan fungsi kejiwaan yang meliputi indera, kognisi, dan emosi).
Baca Juga:
Lebaran Idulfitri 1446 H, PLN Jawa Barat Sukses Jaga Pasokan Listrik Andal
"Segala kondisi berisiko harus ditangani sedini mungkin agar tidak semakin sulit untuk mengembalikan kepada kondisi yang rasional dan realistis," tegas dia.
Nurul mengatakan, bagi sebagian orang, bahwa boneka dapat menjadi strategi pemulihan mental. Dia mencontohkan, ketika seseorang pernah kehilangan anaknya, maka boneka dapat menjadi terapi psikologis bagi mereka.
"Karena secara psikologis juga boneka bisa menjadi sarana penyegaran pikiran bagi individu selama tidak berlebihan dan harus tetap di bawah pendampingan dari psikolog atau psikiater," ujar Prof. Nurul.
Baca Juga:
Siaga Penuh, PLN Jabar Sukses Jaga Keandalan Listrik di Momen Lebaran Idulfitri 1446 H
Menurut Pakar Budaya
Sementara itu pemerhati budaya Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Drs Tundjung Wahadi Sutirto, M.Si mengatakan, fenomena boneka arwah di Indonesia bukanlah sesuatu yang baru.
Sebab menurut dia, masyarakat sejak lama memang sudah mempercayai boneka arwah.