Pada literatur penjelasnya, beragam alasan dikaitkan sebagai penyebab perbedaan.
Terbanyak, tentu saja pertimbangan-pertimbangan faktor biologis, seperti perbedaan genetik dan perbedaan hormonal yang menempatkan laki-laki relatif lebih rentan ketimbang perempuan.
Baca Juga:
Sambut Masa Tenang Pilkada Jakarta, KPU Jakbar Gelar Panggung Hiburan Rakyat
Selain faktor biologis, terdapat pula argumentasi lain yang menempatkan kondisi lingkungan sebagai penyebab.
Pola hidup, yang terkait dengan perbedaan aktivitas hingga pola makan, menjadi dasar pertimbangan.
Demikian pula beragam faktor lain, seperti interaksi sosial, psikologis, bahkan hingga perbedaan dimensi kultural, yang dinilai berpengaruh terhadap usia.
Baca Juga:
Sekjen GEKIRA Partai Gerindra: Pemilukada Damai Bukti Rakyat Cerdas
Semua aspek dapat saja menjadi determinan penyebab perbedaan.
Namun, dalam konteks Indonesia, khususnya dalam kajian ini, adanya rentang perbedaan yang cukup signifikan antara usia harapan hidup laki-laki dan perempuan di setiap level wilayah, baik antarprovinsi maupun antarkabupaten, menjadi problem sesungguhnya bangsa ini.
Perbedaan antara usia harapan hidup laki-laki hingga lebih dari 22 tahun antara Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah (75,9 tahun), dan Kabupaten Nduga, Papua (53,57 tahun), misalnya, teramat jauh.