Jatim. WahanaNews.co - Dalam beberapa tahun terakhir, PLN tengah gencar melakukan transisi energi, memberdayakan lebih banyak energi baru terbarukan dalam kegiatan produksi kelistrikan nasional. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan transisi energi bukan hal yang mudah, karena ada sejumlah tantangan yang dihadapi.
Darmawan menyebut transisi energi saat ini memasuki fase kritis. Sebab, meskipun tantangan yang dihadapi cukup besar, tapi peluang yang tersedia juga sangat luas.
Baca Juga:
PLN Mendapat Apresiasi atas Respons Cepat Pulihkan Kelistrikan di Layanan Publik Bali
Darmawan merinci, di antara tantangan yang dihadapi ada tantangan teknologi, tantangan kebijakan, tantangan investasi, serta tantangan kerja sama. Dia menekankan, upaya transisi energi membutuhkan kolaborasi erat antar institusi, termasuk kerja sama antarnegara.
"Dalam proses ini menjalankan transisi energi ini tantangannya banyak. Ada tantangan teknologi, ada tantangan kebijakan, ada tantangan investasi, ada tantangan mengenai kerja sama. Memang untuk menghadapi transisi energi ini, baik Indonesia maupun negara mana pun tidak ingin menghadapi transisi energi ini dalam suasana kesendirian," jelas Darmawan kepada wartawan dalam gelaran ASEAN Indo Pacific Forum di Hotel Mulia Jakarta, Rabu (6/9/2023).
Darmawan menjabarkan PLN melakukan langkah ekspansif dalam upaya transisi energi. Dia menerangkan sejak 2 tahun lalu ada 13 gigawatt pembangkit listrik tenaga batu bara yang dihapus dari fase perencanaan. Dia menambahkan, PLN juga telah merancang Rencana Usaha Penyediaan Listrik yang Paling Hijau dalam Sejarah Indonesia.
Baca Juga:
Gubernur Bali Apresiasi Gerak Cepat PLN Atasi Gangguan Kelistrikan
"Kemudian 2 tahun lalu juga sudah dirancang Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang paling hijau dalam sejarah indonesia dan sejarah PLN. Ada 51,6 persen penambahan pembangkit sampai 2030 itu berbasis pada renewable energy. Kemarin juga dibahas kita paparkan adanya desain baru yang jauh lebih agresif, yaitu kita sebut accelerated renewable energy development. Ini sedang pembahasan akan kita tuangkan dalam RUPTL yang baru," papar Darmawan.
Darmawan menuturkan masih ada ketidaksesuaian lokasi dari pembangkit listrik EBT baseload hidrogen dan geothermal dengan lokasi dari beban.
"Lokasi beban saat ini ada di Jawa, sedangkan lokasi dari renewable energy di daerah daerah yang jauh lokasinya," jelas Darmawan.