Warga yang dipindahkan dari kawasan tersebut akan diberi pelatihan dan pekerjaan mulai dari menjahit, pertukangan, membuat paving dan sebagainya.
Meski demikian, ada dilema tersendiri bagi warga Kampung 1001 Malam kalau harus pindah tempat tinggal ke Rusunaswa Sumur Welut. Bagi warga, tentu perpindahan tersebut bukan hal mudah. Maklum, warga tinggal di kolong jembatan tol itu sejak puluhan tahun silam.
Baca Juga:
Sahroni Desak Polisi Usut Temuan PPATK Dugaan Aktivitas Keuangan Ilegal Ivan Sugianto
Karena itu, mereka kini harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Titin, salah satunya. Dia kini sudah berusia 51 tahun. Dia lahir di kawasan itu. Bahkan kini sudah memiliki dua cucu yang belajar di sekolah dasar. Dia sadar bahwa Kampung 1001 Malam jauh dari kata layak. Atap rumah berupa jembatan.
Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya Anna Fajriatin menyebutkan, warga yang berada di bawah kolong jembatan tol ada 16 KK, sedangkan di Kampung 1001 Malam ada 146 KK. Untuk sementara waktu, 16 warga yang sebelumnya tinggal di bawah kolong jembatan tol ditampung terlebih dahulu di Kantor Kecamatan Lakarsantri. Rusunawa yang akan ditinggali sebagian masih dibersihkan.
Mayoritas yang tinggal di kawasan itu adalah warga Surabaya. Untuk administrasinya, saat ini juga sedang diproses oleh Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil). Begitu pula dengan pemindahan sekolah anak, juga sedang diproses dari Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya.
Baca Juga:
Politikus Partai Nasdem Temui Ivan Sugianto Pelaku Pengintimidasi Anak Sekolah
Kemiskinan
Pengosongan bangunan liar di Kampung 1001 Malam merupakan upaya Pemkot Surabaya meminimalisasi kemiskinan di Surabaya. Berdasarkan data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), ada 23.532 warga yang berdomisili atau tinggal di Kota Surabaya masuk dalam data kemiskinan ekstrem.
Hal itu menjadi perhatian serius pemerintah kota setempat. Atas dasar itu, Wali Kota meminta jajarannya melakukan verifikasi dan pencocokan (kroscek) atas data dari pemerintah pusat yang menyebut 23.523 warga Kota Pahlawan, Jatim, masuk data kemiskinan ekstrem.