Kondisi seperti itu turut berdampak bagi kondisi pendidikan yang ada di HBS Surabaya. Perubahan bahasa pengantar dan dihilangkannya penerimaan siswa berdasarkan golongan, memberi sedikit perubahan dan penyesuaian bagi HBS Surabaya.
Salah satu penyesuaiannya adalah Penyesuaiannya menambahkan pelajaran bahasa Indonesia pada kelas 1 dan 2. Perkembangannya sangat memuaskan, sehingga pada tahun 1946 rencana untuk mengajarkan pelajaran Bahasa Indonesia di kelas 3, 4, dan 5 dicoba untuk dilakukan.
Baca Juga:
Soal Kabar Bung Karno Punya Berton-ton Emas di Bank Swiss, Dibantah Guntur
Bagian dalam SMAN 5 Surabaya yang dulu menjadi bagian dari HBS/Foto: Esti Widiyana/detikJatim/file
Andil Pelajar HBS saat melawan Tentara Sekutu
Setelah Jepang menyerah dan Indonesia menyatakan Kemerdekaan, Belanda berusaha untuk menjajah kembali Indonesia dengan membonceng tentara
Sekutu. Bangsa Indonesia pun mengangkat senjata demi mempertahankan kemerdekaan.
Baca Juga:
Peringati Bulan Bung Karno, Kader PDI-Perjuangan Jalan Sehat Bareng Tri Adhianto & Ono Surono
Akibatnya, terjadi perang antara bangsa Indonesia melawan tentara Belanda. Peristiwa ini lebih dikenal dengan revolusi fisik. Para pelajar HBS Surabaya juga ikut andil dalam revolusi fisik yang terjadi di Surabaya.
Pada pertempuran 10 November di Surabaya, gedung HBS berfungsi sebagai markas TKR dan BKR. Sebelum dimiliki pihak Indonesia, gedung HBS Surabaya dikuasai tentara sekutu dan sempat diperebutkan oleh kedua pihak.
Saat perebutan gedung HBS Surabaya, terjadi pertempuran sengit di sekitar Gedung HBS Surabaya. Sehingga di depan gedung tersebut dibangun
prasasti untuk mengenang para tentara pelajar Surabaya yang gugur.