Perpindahan HBS yang terjadi di tahun 1923 didasari atas dua faktor penting. Pertama adalah situasi di Jalan Regentstraat kurang mendukung karena terlalu ramai. Kedua, adanya perluasan kota Surabaya oleh pemerintah kota di tahun 1906 sampai 1940.
Perluasan kota Surabaya pada saat itu dikarenakan banyaknya orang Eropa yang datang ke Surabaya. Hal ini memberi dorongan pemerintah kota agar membentuk pemukiman elite untuk memfasilitasi orang Eropa yang datang ke Surabaya.
Baca Juga:
Peringati Bulan Bung Karno, Kader PDI-Perjuangan Jalan Sehat Bareng Tri Adhianto & Ono Surono
Suasana belajar di HBS Surabaya/Foto: Roodebrug Soerabaia
Pelajaran di HBS
Mata pelajaran yang diterima oleh murid HBS dibedakan berdasarkan "afdeeling" atau jurusannya. Pembagian jurusan dimulai ketika murid HBS telah berada di kelas IV, dan V. Pembagian kelas atau jurusan, sesuai minat dan bakat masing-masing siswa.
Baca Juga:
Bupati Karo Tinjau Proyek Pelebaran Jalan, Usulkan Pemugaran Akses ke Rumah Pengasingan Bung Karno
HBS ada 2 jurusan. Pertama, de wisen natruukunde afdeeling yang mempelajari ilmu pasti dan ilmu alam. Seperti biologi, kimia, fisika, dan matematika. Kedua, de literaire ekonomische afdeeling yang mempelajari ekonomi, sastra, dan kebudayan, termasuk bahasa dan kebudayaan Yunani, dan bahasa Latin.
HBS saat Penjajahan Jepang
Pada tahun 1942, Jepang datang ke Indonesia. Adanya tentara Jepang yang menduduki Hindia Belanda berakhirlah kolonialisme Belanda di tahun 1942. Hal ini memberikan perubahan besar-besaran di wilayah Hindia Belanda, termasuk dalam bidang pendidikan.