Abdul Rahman, seperti disebutkan Stevens dalam bukunya, dilantik menjadi seorang mason pada 1844 di sebuah Loji bernama De Vriendschap, yang ada di sebuah kawasan yang kini disebut Surabaya.
Sebaliknya, Harry Poeze, seorang peneliti Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies dalam bukunya Di Negeri Penjajah, Orang Indonesia di Negeri Belanda 1600-1950, justru sangat minim mencatat perjalanan Raden Saleh selama periode 1830 hingga 1839 silam.
Baca Juga:
Instruksi Tegas Presiden Prabowo: Tak Ada PHK di Sritex Meski Dinyatakan Pailit!
"Tidak begitu banyak yang diketahui tentang apa yang terjadi selama Raden Saleh di Negeri Belanda antara 1830 dan 1839," demikian nukilan dari buku Poeze seperti dikutip CNN Indonesia.
Meski demikian, Poeze mengutip penelitian arsip yang dilakukan De Loos-Haaxman, menuliskan bahwa Raden Saleh memang memperoleh kesempatan langka untuk melukis potret sejumlah pejabat militer Kerajaan Belanda yakni Herman Willem Daendels dan Johannes van Den Bosch.
Poeze juga mencatat, Raden Saleh adalah seorang pria Jawa keturunan Arab dengan cepat diterima oleh golongan elite di Eropa. Ia bergaul erat dengan para petinggi kerajaan Belanda dan bahkan sempat menerima anugerah Bintang Eikenkroon. [non]