Ketika data diterima dari Kementerian Sosial melalui Bank Negara Indonesia (BNI) atau PT Pos Indonesia, pihaknya langsung meneruskannya kepada masing-masing camat dan lurah.
"Sehingga mereka (camat dan lurah) juga bergerak bersama-sama. Jadi, kami mengawal bersama dengan teman-teman PT Pos dan BNI," jelas Anna.
Baca Juga:
Aksi AKP Dadang Guncang Solok Selatan, Hujani Rumah Dinas Kapolres dengan Tembakan
Tak hanya itu, Anna juga menyatakan, bahwa strategi jemput bola juga dilakukan Dinsos bersama BNI dan PT Pos untuk mempercepat proses salur bansos.
Utamanya bagi para penerima yang sudah lanjut usia (lansia) atau kondisi sakit.
"Ada jemput bola juga karena memang ada beberapa mekanisme di situ. Kalau memang dia (KPM) tidak bisa ambil datang, misal lansia, maka BNI atau PT Pos akan menuju ke rumahnya," papar dia.
Baca Juga:
OTT KPK Bengkulu, Calon Gubernur Petahana Dibawa dengan 3 Mobil
Ia menambahkan, bahwa saat tribulan pertama, khusus salur BPNT/sembako di Surabaya mencapai 98,27 persen.
Sementara untuk sisanya, diketahui KPM sudah meninggal dunia serta domisili rumahnya tidak ditemukan atau pindah.
"Artinya yang 0,2 persen itu ada yang meninggal. Jadi memang pada saat pelaksanaan mereka meninggal dan tidak ditemukan. Nah, itu kita kembalikan ke Kemensos uangnya," tuturnya.