Haryadi menambahkan, dalam rancangan PLN, saat ini Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) punya potensi besar karena biaya produksinya rendah dan juga sangat fleksibel.
Tantangan pengembangannya terletak pada potensi lokal air/hidro yang terbatas.
Baca Juga:
Sains dan Teknologi Jadi Mesin Akselerasi Energi Hijau, ALPERKLINAS Puji Langkah Cerdas PLN
Sedangkan untuk pembangkit listrik berbasis panas bumi (PLTP) masih terkendala infrastruktur dan biaya operasionalnya tinggi.
"Saat ini PLN mengandalkan PLTA dan PLTP sebagai pembangkit listrik yang fleksibel. Ke depan, dengan semakin variatifnya EBT yang masuk dalam sistem PLN, kita semakin membutuhkan pembangkit yang fleksibel. Mengingat sebagian besar pembangkit fosil kita gunakan sebagai base load," tambahnya.
Target yang dicanangkan PLN sampai 2030, EBT mampu menghasilkan 20,9 Giga Watt (GW) dari total 40,6 GW daya listrik PLN. Dengan rincian PLTA 10,4 GW, PLTS 4,7 GW, PLTP 3,4 GW, dan 2,5 GW dihasilkan dari pembangkit EBT lainnya.
Baca Juga:
Menyabut Hari Kemerdekaan PLN Berikan Discon 50% ! Simak Info Lengkapnya
Saat ini, PLN tengah membangun Smart Micro Grid dengan manajemen pembangkit dan distribusi yang terdigitalisasi.
"Kami juga membangun Smart Micro Grid untuk meningkatkan pemanfaatan EBT di daerah terisolasi. Jadi, perlu saya tegaskan lagi bahwa transisi energi adalah kesempatan untuk bangsa ini mengambil alih masa depan," tutupnya. [ss]