WahanaNews-Surabaya | Kepala Bidang Laboratorium Forensik Polri Cabang Surabaya, Kombes Polisi Sodiq Pratomo, menjelaskan penyebab kebakaran di pusat perbelenajnaan Tunjungan Plaza 5 Surabaya beberapa waktu lalu.
”Hasil laboratorium, sumber api pemicu kebakaran berasal dari akumulasi panas (heat accumulation) selama terjadinya hubung longgar listrik (loose contact) di salah satu terminal kabel lampu penerangan,” ujar Kombes Sodiq Pratomo seperti dilansir dari Antara di Surabaya, Rabu (27/4).
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Terminal kabel lampu penerangan yang mengalami loose contact tersebut terdapat di plafon teras bioskop di lantai 10 gedung.
Akibat loose contact tersebut, komponen terminal lampu di plafon meleleh dan membakar isolasi kabel.
Percikan api yang muncul kemudian makin membesar setelah mengenai media bahan mudah terbakar, seperti plastik, kayu, dan kertas di sekitar area plafon bangunan tersebut.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Loose contact itu terjadi di sebuah sekrup terminal lampu penerangan.
”Di sekrup terminal lampu. Biasanya kan dipasang di terminal, lalu dikencengi (dikunci) pakai sekrup,” terang Sodiq Pratomo.
Mengenai ada atau tidaknya unsur kesengajaan atas pemicu kebakaran TP 5 yang telah ditemukan pihak Labfor Polri Cabang Surabaya, Kombes Sodiq enggan mengungkapkannya.
Hal tersebut merupakan kewenangan penyidik Polrestabes Surabaya yang menangani kasus tersebut.
Dia menjelaskan, hasil labfor tersebut sudah dilaporkan ke Satreskrim Polrestabes Surabaya dan Bidang Humas Polda Jatim.
”Itu ranahnya penyidik. Perlu pendalaman penyidik,” ujar Sodiq Pratomo.
Kombes Sodiq menerangkan, penyebutan istilah korsleting listrik memang sudah lumrah menjadi perbendaharaan kata bagi masyarakat umum pada insiden kebakaran.
Padahal, ada tiga macam penyebab korsleting listrik yang berpotensi menjadi pemicu awal kebakaran.
Yakni overload. Korsleting listrik akibat overload lebih mungkin disebabkan kapasitas kabel tidak mampu menahan laju arus listrik sehingga terjadi panas di kabel, kemudian lapisan pembungkus kabel tersebut meleleh dan mengenai benda-benda berbahan mudah terbakar di dekatnya.
Kedua, kebocoran arus listrik.
Korsleting yang disebabkan kebocoran arus listrik itu lebih mungkin terjadi ketika terdapat kabel yang saling bersebelahan, terkena air, atau kondisi lapisan pembungkusnya terbuka.
”Itu tidak nempel, tapi bisa jadi keluar percikan,” ungkap Sodiq Pratomo.
Ketiga, loose contact.
Korsleting yang disebabkan loose contact lebih mungkin terjadi saat seseorang sedang mencabut sebuah colokan yang kondisi lubangnya longgar.
Biasanya, lanjut Kombes Sodiq, kondisi colokan seperti itu dapat memicu percikan listrik yang berpotensi memicu kebakaran.
”Kalau ini seringnya jika saat mencopot colokan longgar akan muncul percikan. Nah, yang terjadi sekarang (kasus kebakaran TP 5), hubung longgar (loose contact) di terminal arah lampu,” terang Sodiq Pratomo.
Dia mengimbau masyarakat untuk lebih memperhatikan kualitas perkakas perangkat kelistrikan yang digunakan di tempat tinggal.
”Masyarakat diimbau untuk menggunakan alat kelistrikan yang memiliki kualitas baik atau berstandar SNI,” tutur Sodiq Pratomo.
Masyarakat juga diimbau tidak menggunakan colokan secara bertumpuk-bertumpuk untuk menyalurkan sistem kelistrikan di rumah atau tempat bekerja.
Manakala didapati gejala awal korsleting listrik, masyarakat segera mematikan sumber arus utama penyuplai listrik di bangunan tersebut.
“Kemudian dilakukan intervensi penanganan tanggap darurat. Seperti menyemprot dengan alat pemadam api ringan (APAR) berbahan serbuk atau dengan air melalui hydrant,” papar Sodiq Pratomo. [non]