WahanaNews-Surabaya | Tohir Jokasmo, yang biasa disebut Cak Tohir merupakan anggota grup lawak legendaris Aneka Ria Srimulat, kelahiran Surabaya yang banyak berkiprah di balik layar.
Perannya sangat besar, namun kerap kali terabaikan.
Baca Juga:
GERAK Menutup Rangkaian Kampanye Bersama Cornelia Agatha dan Bang Doel Rano Karno
Cak Tohir yang bergabung dengan grup srimulat sejak 1968 silam mula-mula bertugas melukis baliho. Seiring berjalannya waktu, ia juga berperan dalam make up, setting panggung, menjadi pemain fragmen lagu, hingga memerankan karakter drakula di Srimulat.
Sebagai seniman serbabisa dan bergairah di bidang seni teater, Tohir sempat undur diri dari Srimulat pada 1976. Dia sempat memilih untuk berkiprah di industri film di Jakarta.
Namun, skenario kehidupan telah mengembalikan Cak Tohir ke pangkuan Aneka Ria Srimulat di Solo pada 1979.
Baca Juga:
Korban Kekerasan Seksual Laporkan Pengacara atas Dugaan Pencemaran Nama Baik
Sebab ia sadar, Srimulat telah mengajarkan kepadanya arti kehidupan dari atas panggung.
"Di Srimulat saya mengenal kehidupan dari panggung. Akhirnya saya menyadari, oh, ternyata maqom-ku nang panggung. Istilahnya, saya mendewasakan diri lewat panggung," kata Tohir kepada detikJatim.
Tohir yang ditemui di Alun-alun Lamongan saat ia mengunjungi teman-temannya para seniman tradisional pentas di HUT Lamongan, Jumat (27/5/2022), menyiratkan kisah kesetiaannya pada Srimulat.
Bahkan ketika satu per satu 'Kerajaan' Srimulat runtuh-diawali Srimulat Solo, Semarang, lalu Jakarta- ia tetap kembali mengurus Srimulat Surabaya hingga grup legendaris itu benar-benar 'tak berdaya' pada 2004.
"Di Surabaya itu saya sempat tidur di masjid. Saya jadi takmir di Masjid At-Taufiq (di Kompleks THR Surabaya) sambil tetap manggung, ya di panggung Srimulat, ya pentas teater monolog," katanya.
Seniman yang kini sudah tak lagi muda itu lebih sering terabaikan. Saat Srimulat punya gawe pada 90-an hingga awal 2000, para penerus Srimulat tak lagi melibatkan dirinya. Termasuk ketika muncul sejumlah film Srimulat belakangan ini.
"Saya kan orang yang di belakang layar. Mereka yang di depan layar yang terkenal. Yang jadi selebritis. Film kemarin saja, Finding Srimulat, Hil yang Mustahal, saya tidak dilibatkan," ujarnya.
Meski begitu, alumnus SMA Trimurti Surabaya itu tidak menganggapnya serius, apalagi dendam. Ia telah mendapat banyak pelajaran hidup dari Srimulat dan akan tetap menekuni jalan kesenian yang ia tempuh.
"Enggak, saya enggak marah kok. Kalau ingat, ya, Alhamdulillah, enggak ingat, ya, syukuri lah. Yang penting, saya berjalan lewat kemampuan saya sendiri. Lewat teater. Lewat panggung teater," ujarnya.
Selama menjalani seni teater itu ia juga tetap melukis. Sedangkan untuk bertahan hidup, tak jarang ia harus menjalani aktivitas dagang. Misalnya, kata dia, ketika batu akik sedang booming, ia pun tak sungkan berjualan akik.
"Saya juga sempat jualan. Jualan apa saja yang ada. Jualan akik waktu booming akik. Ya, waktu enggak ada duit dan enggak ada yang dijual, ya saya jual pakaian sendiri. Hahaha...," kata Tohir tanpa beban.
Setia di 'Jalan Seni' hingga Usia 76 tahun
Selepas dari Srimulat, Tohir tetap menekuni berbagai aktivitas seni. Pada kisaran 2006-2007 ia masih aktif di komunitas Bengkel Muda Surabaya dan sempat ikut pentas keliling pada sekitaran 2008.
Kemudian pada 2009, ketika para seniman Surabaya merayakan gairah berkesenian dalam Festival Seni Surabaya, ia turut serta menampilkan kebolehannya dalam teater monolog serta memamerkan lukisan.
"Habis itu saya keliling monolog sendiri sampai sekarang. Tapi lebih banyak di Jogja. Di sana (Jogja) saya sering dapat kerjaan jadi talent di film-film itu. Kalau di Surabaya enggak ono sing nyenggol. Hahaha...," ujarnya.
Tohir Jokasmo sebagai Draculla SrimulatTohir Jokasmo sebagai Draculla Srimulat Foto: Repro Dok Herry Gendut Janarto
Kesetiaannya di jalan teater berbuah manis. Pada usia yang tak lagi muda, ia justru mendapat peran yang cukup strategis di sinetron Para Pencari Tuhan Jilid 15 yang diputar sebulan penuh selama Ramadan 2022 kemarin.
"Dulu waktu di film ditarik ke Srimulat lagi. Sekarang kembali ke film di usia segini. Ya kita terima aja, karena itu skenario kehidupan kan. Harus menerima, menjalani, dan berusaha lewat itu lah," ujarnya.
Prinsip berkeseniannya pun sederhana. Dalam seni pertunjukan, menurutnya tujuan berkesenian itu sederhanya, sekadar untuk memberikan hiburan kepada masyarakat dengan menyajikan tontonan sekaligus tuntunan. Menurutnya itu sudah menjadi jalan hidup.
"Ini bukan pilihan, ya. Beda antara pilihan hidup dengan jalan hidup. Jalan hidup itu lebih dari pilihan. Kalau sudah jalan hidup, berarti sudah tidak ada pilihan lagi. Harus dijalani," katanya. [non]