Untuk mencegah terjadi perselisihan atas pengambil-alihan itu, Belanda menunjuk Pangeran Ario Mangku Adiningrat, anak angkat Noto Kusomo, sebagai Bupati Sumenep pada 1881. Status Kerajaan Sumenep pun resmi dicabut Belanda pada 18 Oktober 1883.
"Meski pemerintahan belum diambil alih sepenuhnya, tapi penguasa Sumenep sejak saat itu bukan lagi seorang raja mandiri," tulis Kuntowijoyo, penulis buku Madura 1850-1940.
Baca Juga:
Profil Mohammed bin Salman yang Serukan Dunia Berhenti Ekspor Senjata ke Israel
Kerajaan Bangkalan yang Terakhir
Meski Patih di Bangkalan telah digaji kolonial sejak 1847, tetap tak mudah bagi Belanda untuk mengambil-alih Kerajaan Bangkalan.
Belanda baru bisa memaksakan keinginannya pada 1863, setelah Panembahan Bangkalan saat itu, Cakra Adiningrat, wafat setahun sebelumnya.
Baca Juga:
Soal Penahanan Pangeran Abdullah, Arab Saudi Buka Suara
Sepeninggal Panembahan, Kerajaan Bangkalan dilanda gonjang-ganjing seputar peralihan kekuasan, sebab Cakra Adiningrat tak memiliki putera mahkota.
Sebenarnya, Pangeran Adipati, adik termuda Panembahan, telah diangkat menjadi pengganti, namun dia meninggal pada 1887, di usia yang masih sangat muda.
Sepeninggal Pangeran Adipati, bermuncul spekulasi seputar penggantinya antara cucu laki-laki Cakra Adiningrat atau putra Pangeran Adipati.