WahanaNews-Jatim | Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, usulkan agar pasar hewan di Lamongan, Mojokerto, Gresik dan Sidoarjo ditutup sementara karena ribuan ternak terjangkit wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Khofifah mengatakan itu merupakan hasil rapat koordinasi Pemprov Jatim dengan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian serta beberapa pihak lainnya.
Baca Juga:
Didominasi Penegak Hukum, MAKI: Pimpinan Baru KPK Tak Mewakili Masyarakat dan Perempuan
"Rakor memutuskan bahwa akan dilakukan penutupan sementara pasar hewan pada daerah wabah," kata Khofifah, di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Sabtu (7/5).
Khofifah juga mengusulkan ada pembatasan lalu lintas ternak dari dan menuju daerah wabah.
Menurutnya itu bisa mengurangi potensi penyebaran PMK ke daerah lain di Jatim.
Baca Juga:
Netanyahu Resmi Jadi Buronan Setelah ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan
Kendati demikian, Khofifah juga berupaya agar daerah di Jatim lainnya tetap bisa mendapatkan pasokan daging untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya.
"Hal terkait dengan suplai daging khususnya kota Surabaya misalnya, kami akan maksimalkan agar suplai aman," ucapnya.
Selain membatasi lalu lintas dan menutup sementara pasar hewan di empat kabupaten tersebut, Khofifah juga tengah mempersiapkan langkah penanganan PMK dengan metode kombinasi antara vaksinasi dan depopulasi terbatas atau stamping out.
Kebijakan vaksinasi dilakukan kepada hewan ternak yang sehat dengan target minimal 70 persen dari total populasi hewan ternak di daerah terdampak.
"Pengobatan serta penyiapan vaksinasi pada ternak sehat pada daerah terancam minimal cakupan 70 persen dari [total] populasi," ujar Mantan Menteri Sosial RI ini.
Sedangkan stamping out dilakukan kepada hewan ternak yang telah terkonfirmasi positif PMK.
Depopulasi ini dilakukan secara selektif dan terbatas sesuai dengan SOP Kementerian Pertanian.
Khofifah mengatakan metode kombinasi vaksinasi dan depopulasi terbatas ini cocok untuk penanganan PMK di Jatim.
Mengingat metode stamping out yang banyak diterapkan negara maju tersebut membutuhkan anggaran yang besar.
"Kalau pakai stamping out, beban anggaran akan tinggi karena kami harus mengkompensasi. Jadi, kami pakai metode kombinasi. Yakni stamping out dan vaksinasi secara bersamaan," ucap dia.
Selain itu, pihaknya bersama Kementan juga akan mengaktifkan Unit Respon Cepat (URC) yang bertanggung jawab dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit PMK.
Pemaksimalan komunikasi informasi edukasi (KIE) juga ditempuh agar masyarakat lebih mengerti tentang PMK.
"Jadi ini kurang lebih sama dengan cara kami melakukan kesiapsiagaan seperti saat menghadapi Covid-19. Jangan ada yang underestimated. Kami bangun URC dan membangun awareness di masyarakat agar mereka tidak melakukan panic selling," katanya.
Sebelumnya, sebanyak 1.247 ekor hewan ternak di Jatim terjangkit wabah PMK.
Sebarannya di empat kabupaten di Jatim yaitu Kabupaten Lamongan, Mojokerto, Gresik dan Sidoarjo.
Tanda klinis penyakit PMK pada hewan ternak meliputi, demam tinggi 39-41 derajat celcius, keluar lendir berlebihan dari mulut dan berbusa.
Kemudian luka-luka seperti sariawan pada rongga mulut dan lidah, tidak mau makan, kaki pincang, luka pada kaki dan diakhiri lepasnya kuku, sulit berdiri, gemetar, napas cepat, produksi susu turun drastis dan menjadi kurus. [non]