WahanaNews-Jatim | Masyarakat Kota Madiun diimbau mewaspadai potensi cuaca ekstrem, yang bisa menimbulkan banjir, angin kencang maupun angin puting beliung. Bahkan di Kota Madiun juga berpotensi terjadi hujan es.
Ini mengingat intensitas curah hujan tahun ini akan lebih tinggi idibanding tahun sebelumnya, sebagai dampak La Nina. Sedangkan puncaknya diperkirakan terjadi pada Januari-Februari tahun depan.
Baca Juga:
Eks Menlu RI Retno Marsudi Diangkat jadi Dewan Direksi Perusahaan Energi Singapura
Koordinator Bidang Observasi Stasiun Meteorologi Klas I Juanda, Rendy Irawadi saat menghadiri Rakor forkopimda dalam rangka antisipasi bencana Hidrometeorologi di GCIO Diskominfo, Selasa (16/11/2021) mengatakan, La Nina berdampak pada tingginya curah hujan di wilayah setempat. Peningkatannya sekitar 20-30 persen dibanding tahun lalu.
"Kalau biasanya kan saat puncak hujan itu tidak sepanjang hari, tapi ini berpotensi sepanjang hari walaupun intensitasnya tidak deras, tapi bisa saja sedang. Terkadang durasinya akan lebih panjang daripada biasanya ataupun intesitas derasnya akan lebih tinggi," ujarnya.
Yang perlu diwaspadai di Kota Madiun, kata Rendy salah satunya pertemuan sungai. Sebab hujan tidak hanya terjadi di wilayah Jawa Timur, terjadi juga Jawa Tengah.
Baca Juga:
Buka Kejuaraan Nasional Renang Antar Klub Se-Indonesia, Wamenpora Harap Dapat Lahirkan Atlet Berprestasi
Di mana hulu sungai Jawa Timur juga dilintasi Bengawan Solo. Sedangkan khusus di Kota Madiun, banjir atau genangan air terjadi selain karena daerah rendah, faktor irigasi juga penting diperhatikan.
"Ini perlu diwaspadai. Ketika Jateng tinggi itensitasnya atau debit airnya sudah cukup besar, ditambah wilayah Jatim intensitas hujan cukup tinggi, debit airnya bisa lebih besar lagi nanti," sambungnya.
Sementara itu Wali Kota Madiun, Maidi mengaku telah melakukan berbagai upaya mengantisipasi bencana hidrometeorologi. Diantaranya menaikkan tanggul serta pengerukan sedimen di seluruh saluran agar aliran air lancar.
Disamping itu, trotoar yang dibangun di kota Madiun juga multi fungsi. Selain digunakan pejalan kaki, dibawah trotoar yang telah dipasang box culvert juga difungsikan sebagai penampung air.
"Jadi kita dulu setiap tahun kan mesti yang dihadapi bencana air, Madiun banjir. Tapi dua tahun ini sudah nggak ada. Itu salah satu teknik yang kita lakukan. Air itu tetap ada, tapi tidak di permukaan yang menimbulkan genangan, tapi kita taruh dibawah (trotoar) semua," ungkapnya.
Maidi menyebut, pembangunan yang dikerjakan di Kota Madiun seluruhnya ramah lingkungan. Namun ia tidak bisa menampik jika volume air kiriman dari lereng Wilis mengalami peningkatan seiring curah hujan yang tinggi, maka banjir pun tidak bisa dihindari.
"Kita itu di dataran rendah. Maka kondisi ini yang perlu kita siapkan. Apalagi prakiraan cuacanya tadi seperti itu," pungkasnya. [non]