WahanaNews-Jatim | Sejumlah lahan pertanian pangan terdampak banjir di Tulungagung. Air kiriman dari wilayah pegunungan menjadi salah satu pemicu kerusakan lahan pertanian.
Sampai saat ini, lebih dari 200 hektare tanaman terdampak banjir.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
"Saat ini memang musim hujan. Sejak 10 Februari 2022 lalu sering terjadi hujan sangat lebat," terang Koordinator Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Dinas Pertanian, Gatot Rahayu, Jumat (18/2/2022).
Data sementara yang masuk ke Dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung, ada 219 hektare lahan padi yang terendam.
Selain itu ada 2,25 hektare lahan bawang merah, dan 1 hektare lahan melon.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Dinas Pertanian masih memantau keselamatan tanaman yang terendam.
"Jika mati tanaman merugi, padi jadi puso. Kami akan usulkan bantuan benih," sambung Gatot Rahayu.
Bantuan yang sama juga diberikan untuk lahan bawang merah maupun melon yang rusak.
Diakui Gatot, kerusakan tanaman ini juga disebabkan air kiriman dari wilayah pegunungan.
"Setiap hujan, air dari pegunungan membawa lumpur, kerikil bahkan banyak material. Seperti tunggak pepohonan," ungkap Gatot.
Debit air yang tinggi dari pegunungan dengan berbagai material ini disebabkan karena kerusakan hutan.
Akibatnya air dari pegunungan tidak ada yang menahan.
Air langsung meluncur ke bawah dengan menghanyutkan material apa saja sepanjang alirannya.
Air ini kemudian masuk ke sistem drainase, lalu masuk ke lahan pertanian.
Padahal seharusnya kelebihan air di lahan pertanian dibuang ke saluran pembuangan atau drainase.
"Jadi ini kebalik, dari sungai malah masuk ke lahan pertanian. Setelah sungai surut baru air di sawah mulai terbuang," tutur Gatot.
Tanaman padi masih kuat bertahan terendam selama satu minggu, jika airnya jernih.
Namun jika air bercampur lumpur, tanaman padi hanya kuat 3 hari.
Kerusakan terparah ada di Kecamatan Kalidawir, yang mencapai lima desa.
"Satu-satunya upaya yang dilakukan para petani adalah menjaga pintu pembuangan. Kalau misalnya ada banjir, tengah malam pun akan segera dibuka," ucap Gatot.
Tanaman padi paling tua yang terendam berusia 45 hari.
Petani yang ikut asuransi tanaman padi juga akan mendapatkan klaim.
Besaran ganti rugi yang diberikan Rp 6.000.000 per hektare.[non]
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Banjir Kiriman dari Hutan Gundul Mempercepat Kerusakan Tanaman Pangan di Tulungagung,