Lalu Anton giliran melaksanakan tugasnya membuka gembok berbahan besi stainless pengunci pintu rumah setinggi 3,5 meter berbahan kayu triplek tersebut.
Setelah pintu tersebut berdecak karena pinggiran lapisan tripleknya bergesekan saat didorong ke dalam untuk membuka.
Baca Juga:
Polda Metro Jaya Lakukam Sidang Etik ke Oknum Polisi Pembunuh Ibu Kandung
Di situlah Anton yang semula tampan tegap berjalan perlahan setengah membukuk lalu tubuhnya jatuh memeluk kain di dekat kasur area depan kamar, seraya menjerit lirih.
Tangis si bungsu Anton pecah. Samar-samar teriakan dalam tangisnya itu menyeruak keluar dari ventilasi sisi depan rumah kontrakan tersebut.
Namun, lensa kamera awak media yang telah standby dari halaman teras depan rumah, terhalang oleh permukaan pintu rumah tersebut.
Baca Juga:
Polisi Usut Kasus Mahasiswi UTM di Bangkalan Tewas Dibakar, Pacar Jadi Tersangka
Beriringan dengan Anton yang memasuki rumahnya untuk melihat sejenak sisa dan jejak kondisi ruang bekas ibundanya dihabisi pelaku.
Beberapa anggota kepolisian di belakang si Anton malah menutup pintu tersebut.
"Kami antar aja ke rumah, kasihan barusan kerja belum tahu (kondisi rumah dan ibunya)," ujar seorang anggota kepolisian yang enggak disebutkan namanya, kepada awak media.