Di desa tersebut juga masih ada rumah-rumah tradisional Madura Tanean Lanjhang yang memiliki arti halaman panjang yaitu berupa kumpulan rumah yang terdiri dari beberapa keluarga yang masih berada dalam satu ikatan keluarga. Masyarakatnya juga masih melestarikan rumah tradisionalnya.
Menteri Sandi juga tidak lupa menyambangi satu Empu panggilan untuk pembuat keris yaitu empu Ika, yang merupakan empu (pembuat keris) perempuan satu-satunya di Indonesia.
Baca Juga:
Kemenparekraf Hadirkan 'Wonderspace by Wonderful Indonedia' di Stasiun MRT Bundaran HI Kenalkan 5 DPSP
Empu Ika yang mengajak Mas Menteri untuk melihat proses pembuatan keris, mulai dari pemilihan besi, lalu penempaan, pembentukan bilah, kinatah (ukir besi jika keris ukir), warangka (pembuatan sarung keris yang terbuat dari kayu), terakhir mewarangi atau campuran cairan arsenikum dengan air jeruk nipis yang dioleskan atau celupkan ke Keris.
Selama di tempat Empu Ika, Sandi juga mendengarkan curhatan-nya. Dia mengaku kesulitan dalam pemasaran produknya, terutama pada saat pandemi. Dimana dia biasanya lancar mengekspor keris ke luar negeri, namun selama pandemi semuanya terhenti.
Untuk itu, Empu Ika meminta bantuan dari Menteri Sandi untuk bisa mempromosikan dan mengenalkan keris dari Desanya terutama kepada followersMas Menteri yang kebanyakan kaum milenial.
Baca Juga:
Sandiaga Dorong Pelaku Ekraf Bekasi Maksimalkan Digitalisasi dalam Pemasaran
“Baik saya akan bantu promosikan, mudah-mudah setelah dikenalkan banyak kaum milenial yang memesan keris,” tukasnya.
Menteri Sandi pun mengatakan akan segera berkoordinasi untuk mewujudkan ekspor keris ke mancanegara sehingga karya keris terutama dari desa wisata Keris dan beberapa wilayah di Kabupaten Sumenep bisa tersalurkan kepada pecinta keris di seluruh dunia.
Menparekraf pun berencana menjadikan keris sebagai suvenir delegasi yang hadir pada salah satu side event KTT G-20 di Bali. Namun, dikarenakan keterbatasan waktu pembuatan, maka suvenir keris ini hanya dibuat sebanyak 20 buah untuk masing-masing negara.