Disinggung terkait keberaniannya memandikan jenazah Covid-19, Jamaliyah dengan suara sedikit bergetar mengaku, bahwa dirinya merawat hingga memandikan jenazah di tengah melonjaknya kasus kematian karena Covid-19 di Kabupaten Bangkalan bermodalkan perasaan ikhlas dan memasrahkan diri sepenuhnya kepada takdir Ilahi.
Padahal, lanjutnya, beberapa jenazah yang ia mandikan belum tentu disebabkan Covid-19. Hanya saja warga dan keluarga duka kala itu merasa khawatir, terjadi penularan setelah kematian secara mendadak sanak keluarga yang disebabkan sesak nafas.
Baca Juga:
Diduga Oknum Ketua DPD (LSM) Membekingi Judi Mesin Tembak Ikan di Bagan Siapi-api, Kecamatan Bangko
Sehingga proses pemulasaran jenazah pun dilakukan di malam hari.
Dari sejumlah jenazah yang ia mandikan, seingat Jamaliyah hanya tiga jenazah di antaranya yang sudah dipastikan meninggal karena Covid-19.
Sedangkan sisanya adalah jenazah biasa, dirawat lama sebelum meninggal karena sakit diabetes, ada luka, bahkan anggota kaki atau jemarinya sudah tidak lengkap adalah hal biasa bagi dirinya.
Baca Juga:
Ketua KPU Jakarta Barat Ingatkan Dokumen Yang Perlu Dibawa ke TPS Pilkada 2024
“Tidak takut menular, atas seizin Allah saja. Kalau memang takdir saya meninggal karena penularan (Covid-19) ya pasti terjadi. Kalau semua warga takut terus, siapa yang memandikan jenazah. Dan saya tidak menarget, seikhlasnya saya menerima sebagai pemberian,” pungkasnya.
Sementara, Kepala Dinas Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Bangkalan, Amina Rachmawati mengungkapkan, kategori pemberian penghargaan meliputi Bidang Pendidikan, Bidang Kesehatan, Bidang Sosial Budaya, Bidang Lingkungan Hidup, dan Bidang Pertanian.
“Ibu Jamaliyah masuk kategori Bidang Sosial Budaya. Selain sebagai ibu rumah tangga, keseharian beliau memang aktif di pengajian, pelayanan kesehatan di posyandu, hingga membantu merawat jenazah. Suaminya guru ngaji,” ungkap Amina kepada wartawan.