WahanaNews-Surabaya | Sekitar 40 persen hotel di Kota Surabaya, Jawa Timur, menjalin kerja sama dengan usaha mikro kecil menengah (UMKM) berkaitan dengan penggunaan produk UMKM serta pemberdayaan masyarakat setempat.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dalam keterangan tertulisnya di Surabaya, Sabtu, mengatakan, dari hasil evaluasi yang dilakukan, masih ada sejumlah kekurangan terhadap kerja sama tersebut, salah satunya belum bisa memenuhi pesanan yang sesuai dengan kriteria pengelola hotel.
Baca Juga:
Sahroni Desak Polisi Usut Temuan PPATK Dugaan Aktivitas Keuangan Ilegal Ivan Sugianto
"Sebenarnya ada MoU (kerja sama) dari hotel yang sudah lama, tapi tidak berjalan. Sebenarnya saya tahu kalau kelemahannya ada di pemkot. Teman-teman hotel itu langsung WA (kontak) ke saya untuk menyampaikan bahwa mereka sudah ada contoh handuk, slipper, tapi sampai sekarang belum kembali," kata Cak Eri panggilan akrabnya.
Namun demikian, Cak Eri menyebutkan, jika kerja sama dengan sejumlah hotel di Kota Pahlawan ini juga ada yang sudah berjalan. Sebab, lanjut dia, di setiap hotel itu memiliki kebutuhan dengan kualitas barang yang berbeda-beda.
"Memang sekarang sudah ada yang jalan karena di setiap hotel pasti akan berbeda, tergantung kualitas dan kelasnya barang," ujar dia.
Baca Juga:
Politikus Partai Nasdem Temui Ivan Sugianto Pelaku Pengintimidasi Anak Sekolah
Oleh sebab itu, Cak Eri meminta, jajarannya mengumpulkan seluruh pengelola atau pemilik hotel yang sebelumnya sudah menjalin kerja sama dengan Pemkot Surabaya pada Jumat (25/11). Melalui pertemuan ini, kata dia, diharapkan dapat diketahui langsung apa saja kendala yang dialami dalam kerja sama tersebut.
Cak Eri kembali mengingatkan, pihaknya sudah berkomitmen untuk mempermudah seluruh investasi di Kota Pahlawan. Namun demikian, dia juga berharap jika investasi yang dibangun seperti bidang perhotelan ini juga dapat berdampak positif bagi masyarakat yang tinggal di sekitar.
"Sehingga masyarakat ini akan merasakan betul investasi di Kota Surabaya yang akan mempengaruhi kehidupan mereka dan ekonomi bergerak," kata Cak Eri.
Cak Eri juga mengungkapkan, jika hasil evaluasi terhadap kerja sama dengan pengelola hotel ini, progresnya sekarang sudah mencapai sekitar 40 persen. Sementara sisanya atau sekitar 60 persen, belum dapat berjalan karena sejumlah kendala.
"Yang sudah berjalan 40 persen dan yang belum 60 persen. Kenapa belum? ada pihak hotel yang kasih bahan, namun bahannya tidak kunjung dipenuhi pemkot, akhirnya tidak jalan. Ada juga yang hotel sudah pesan dengan kualitas sekian, tapi belum bisa dipenuhi," ujar dia.
Untuk itu,Cak Eri meminta jajarannya agar ke depan dapat dibentuk perwakilan pada setiap hotel. Perwakilan itu berasal dari pemilik atau pengelola yang dapat mengambil keputusan bersama dengan pemkot, asosiasi atau organisasi perhotelan.
Dengan demikian, Cak Eri berharap, ke depannya para pelaku UMKM di Surabaya, dapat memenuhi kebutuhan serta kualitas barang yang diinginkan oleh pihak pengelola atau pemilik hotel.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya Wiwiek Widayati menyampaikan, bahwa ada 107 hotel di Kota Pahlawan yang telah menjalin kerja sama dengan Pemkot Surabaya. Dari jumlah tersebut, sekitar 40,78 persen di antaranya telah bekerja sama dalam penyediaan slipper.
"Sedangkan sisanya, masih dalam tahap negosiasi, proses pemesanan atau tidak melakukan pemesanan," kata Wiwiek.
Selain slipper, lanjut dia, sekitar 16,50 persen sudah terjalin kerja sama dalam penyediaan batik. Produksi batik UMKM Surabaya ini digunakan untuk seragam para karyawan dan karyawati hotel. Sedangkan sisanya, masih dalam proses nego dan pemilihan batik.
"Ada juga 0,97 persen itu penyediaan laundry bag. Sisanya tidak menyediakan laundry bag karena hotel tidak menyediakan service laundry. Berikutnya juga ada 3,88 persen penyediaan bahan makanan, terutama hasil produk-produk pertanian," kata dia. [afs]