WahanaNews-Madura | Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur wilayah Sampang menyoroti munculnya video syur batik hijau yang diperankan siswi SMK Sampang, Madura.
Intansi yang berada di Jalan Kusuma Bangsa, Sampang itu bakal membentuk Satuan Tugas (Satgas) perlindungan terhadap pelajar.
Baca Juga:
PLN Icon Plus Hadirkan ICONNEXT, Pameran Futuristik Terbesar di Indonesia
Kepala Seksi (Kasi) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) cabang Dinas Pendidikan Jatim wilayah Sampang, Arvaj Wiradinanda mengatakan, bahwa pembentukan Satgas sebagai tindak lanjut intruksi dari Gubernur Jatim.
"Dengan dibentuknya Satgas perlindungan siswa tentu memperketat pengawasan kepada lembaga SMA/SMK di Sampang," ujarnya.
Dengan begitu, peran Satgas perlindungan siswa akan aktif terjun ke lapangan atau ke lembaga sekolah untuk melakukan pengawasan dan edukasi.
Baca Juga:
PLN Icon Plus Hadirkan ICONNEXT, Pameran Futuristik Terbesar di Indonesia
"Kami akan terjun ke SMK-SMK, untuk memberikan sosialisasi Terkait perlindungan, moral dan moril, dan Etika, serta Estetika," pungkasnya.
Video syur gadis belia pakai busana batik hijau viral di media sosial, setelah ramai video syur cewek kebaya merah.
Video berdurasi 43 detik tersebut menayangkan gadis berpakaian batik warna hijau lumut yang sedang berbaring di atas kasur dalam keadaan separuh telanjang.
Kondisi itu direkam oleh pasangannya menggunakan handphone dengan posisi berada di atas badan si gadis belia itu.
Mengetahui kekasihnya merekamnya, si gadis belia itu seakan tampak malu dan mengalihkan wajahnya sembari menutup wajah dengan lengannya.
Usut punya usut, ternyata gadis yang ada di video asusila itu merupakan siswi SMK Negeri 1 Sampang.
Hal itu dibenarkan oleh Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Sampang, Budi Sulistyo, di mana perbuatan mesum yang dilakukan siswinya terjadi beberapa bulan yang lalu.
"Kalau yang pria saya tidak tahu, yang jelas bukan siswa SMK Negeri 1 Sampang," ujarnya.
Menurutnya, pasca kejadian, siswi yang dirahasiakan namanya itu mengundurkan diri melalui surat yang ditandatangani oleh orang tuanya.
Kemudian, pihaknya memastikan video mesum tidak direkam di sekolah, sehingga sekolah tidak bertanggung jawab.
Sehingga lebih memilih menyerahkan penanganan kasus asusila itu kepada pihak yang berwajib, kepolisian.
"Rekaman itu dilakukan oleh orang di luar siswa saya, tidak tahu alasannya, mungkin mau menunjukkan jika pernah berpacaran," pungkasnya.(jef)