WahanaNews-Madura | Seminar Literasi Digital Pesantren berlangsung di auditorium kampus IDIA Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur (Jatim), pada Jumat (15/7/2022).
Seminar yang diadakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi (GNLD) dan Kaukus Muda Indonesia (KMI) tersebut diikuti 380 peserta secara daring dan 480 peserta luring.
Baca Juga:
Pemkab Tabalong Raih Nilai Tertinggi Smart City dengan Skor Indeks 3,38
Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia yang diselenggarakan oleh Kemenkominfo dan Katadata Insight Center pada 2021, menemukan fakta Indonesia masih berada dalam kategori 'Sedang' dengan angka 3,49 dari 5,00.
Oleh karena itu, Kemenkominfo menyelenggarakan Seminar Literasi Digital Pesantren dengan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital. Meliputi, kecakapan digital, budaya digital, etika digital dan keamanan digital.
Rektor IDIA Al-Amien Prenduan, Muhtadi Abdul Mun’im menyampaikan, kegiatan literasi digital sangat penting dilakukan. Sebagai pengguna internet, sambung dia, setiap orang perlu beradaptasi dengan digitalisasi.
Baca Juga:
Sekda Jawa Tengah Minta ASN Kuasai Literasi Digital untuk Tingkatkan Pelayanan Masyarakat
"Kita tahu bahwa Evolusi 4.0 ini memang tidak bisa kita hindari. Kita sudah berada di tengah-tengah dunia global yang di antaranya adalah dunia digital. Dunia digital ini harus kita kuasai," kata Muhtadi di Kabupaten Sumenep.
Dalam siaran pers di Jakarta, Senin (18/7/2022), Muhtadi menerangkan, ada dua pilihan di dalam dunia digital bagi semua orang. Menurut dia, semakin cepat beradaptasi maka seseorang bisa mendapatkan banyak peluang kesuksesan. Dia pun mengajak para mahasiswa untuk bisa melek digital.
"Apakah kita bisa mempengaruhi atau dipengaruhi. Untuk itu, kita perlu tahu edukasi tentang kecakapan digital, etika digital, budaya digital dan di antaranya ada keamanan digital. Kita bisa mengakses banyak pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan dan mempersiapkan diri untuk perubahan yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya," ujarnya.
Staf Dinas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Sumenep Irwan Sujatmiko, influencer Rofiatur Rofiah, dan praktisi digital Andilala ikut hadir sebagai narasumber.
Irwan Sujatmiko memaparkan tentang pentingnya bijak berinternet. Dia menyebutkan, ada lima hal penting untuk bijak dalam berinternet.
Di antaranya, jangan terlalu mudah percaya pada informasi yang diterima, menjaga etika dalam bermedia sosial, menyaring informasi yang akan dibagikan, hati-hati dalam memberikan informasi atau data pribadi di internet, serta menggunakan media sosial sebagai sarana dalam mengekspresikan karya. "Jadi gunakan media sosial untuk menunjukan potensi kalian," ucap Irwan.
Adapun Rofiatul Rofiah memaparkan materi perilaku di media sosial. “Digital era, your behavior is your health, kesopanan lebih tinggi nilainya daripada kecerdasan. Behavior orang yang main sosial media itu semua tergantung pada penggunanya. Behavior itulah yang dapat membedakan mana yang baik dan buruk. Sejauh apapun kita mempunya berbagai macam sosial, kita harus beretika."
Sesi terakhir, Andilala menyinggung soal pilar digital culture ada sebagai wujud ke-Indonesiaan (Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika).
"Mengapa mahasiswa perlu menerapkan budaya digital? Karena adanya hak dan kewajiban mahasiswa melaksanakan advokasi dan aksi sebagai agen perubahan perubahan sosial yang berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan nasional dan bernilai lokalitas," ujarnya. [jat]