WahanaNews-Madura | Kasus pencabulan yang dilakukan oleh Habib Yusuf Alkaf di Pamekasan ditemukan fakta baru.
Ternyata, jumlah korban Habib Yusuf Alkaf disebutkan bertambah.
Baca Juga:
Netanyahu Klaim Pemimpin Hamas Mohammed Sinwar Tewas
Selain itu, kondisi korban yang lain juga terungkap.
Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak (PPTP3A) Pamekasan, Madura mendampingi dua anak di bawah umur korban kasus pencabulan yang dilakukan tersangka Habib Yusuf Alkaf.
Koordinator Divisi Hukum PPTP3A Pamekasan, Umi Supraptiningsih mengatakan, sejak kasus pencabulan anak di bawah umur itu dilaporkan sekitar 4 November 2021 lalu, pihaknya langsung mendampingi dua korban tersebut.
Baca Juga:
India Bangun Jet Siluman Canggih di Tengah Ketegangan dengan Pakistan
Kata dia, Habib Yusuf Alkaf ini dilaporkan oleh wali korban ke Polres Pamekasan.
Penelusuran PPTP3A Pamekasan, korban yang diduga dicabuli oleh Habib Yusuf Alkaf ada tiga anak.
Namun, hanya dua korban saja yang melapor.
Satu korban yang lain, keluarganya memilih tidak melaporkan kasus tersebut.
"Kita langsung diberikan surat oleh penyidik Polres Pamekasan untuk melakukan pendampingan saat kasus itu dialoporkan," kata Umi Supraptiningsih kepada wartawan, Sabtu (5/2/2022).
Menurut Umi, sewaktu dua korban tersebut diperiksa dan dimintai keterangan oleh penyidik Unit PPA Satreskrim Polres Pamekasan, pihaknya langsung mendampingi.
Setelah itu, PPTP3A Pamekasan langsung berkunjung ke rumah para korban untuk mengetahui kondisi lingkungan di sekitar rumah korban.
"Jadi kami juga ingin mengetahui seperti apa kondisi psikis dua korban tersebut ketika sampai di rumahnya," ujarnya.
Bahkan, Umi telah menjadwalkan untuk melakukan terapi psikologi terhadap dua korban tersebut.
Sebab, saat ini dua korban pencabulan anak di bawah umur itu mengalami trauma berat dan ketakutan untuk keluar dari rumahnya.
"Kemungkinan tiga korban, tapi yang korban satu ini lebih parah lagi karena tidak mau keluar rumah, yang tidak mau melapor ini," bebernya.
Pengamatan Umi, sebagian masyarakat di Pamekasan ada yang begitu taat kepada Kiai.
Bahkan sebagian sangat takzim meski tokoh agama panutan mereka telah melakukan perbuatan yang menyalahi aturan hukum.
"Jadi mereka masih takzim, takut kena balak, karena si pelaku ini memberi embel-embel nama habib, sehingga keluarga korban itu ketakutan, khawatir terjadi balak terhadap keluarga mereka. Itu yang membuat mereka trauma," pungkasnya. [rda]